Kamis, 05 Maret 2015

Benci Jadi Cinta

Benci Jadi Cinta

Namaku Elisa. Aku nggak suka kalau dijailin sama teman-teman. Tapi aku suka njailin teman-teman.Aku rasa itu hal yang bodoh, tapi itu kegemaranku.Aku tuh orangnya nggak mau kalah dalam hal apapun, selalu ingin menang sendiri.Kata teman-teman, aku orangnya cerdas alias cerewet judas, terus juga nakal, dan suka jail.Tapi kata mereka aku enak kalau diajak berteman.Di kisahku kali ini, aku berteman akrab dengan Rosmala dan Oktavia.Kami bertiga berjanji untuk tidak pacaran jika salah satu dari kami belum mempunyai pacar.“Jomblo bersama, pacaran bersama” itulah semboyan kami.
               Musim kemarau kembali melanda.Musim kemarau kali ini cukup panjang. Tanda-tanda hujan akan turun belum ada. Daun-daun banyak yang gugur.Hewan pemakan rumput pun gelisah.Mereka hanya makan daun-daun kering.Air minum pun sulit didapat.Untuk mendapatkannya mereka harus berjalan berkilo-kilo meter.Pada saat itu kami pulang sekolah bersama-sama.Mentari saat itu seakan sedang membakar kulit kami.Ketika mau sampai di sudut peremapatan jalan, di perempatan jalan itu ada orang gila.
“Eh, stop!” suara Rosmala tiba-tiba mengagetkan kami.
“Ada apa sich?” aku dan Oktavita menjawab hamper bersamaan.
“I….i…itu!”Rosmala menjawab dengan gagap sambil menunjuk ke perempatan jalan.
“Apaan sich itu itu?” tanyaku penasaran.
“Itu ada orang gila!” jawab Rosmala.
“Mana sich orang gilanya?” tanya Oktavia.
“Itu yang pakai baju merah yang pegang tongkat, di sudut jalan itu…tu…,” jawab Rosmala dengan nada ketakutan dan masih tetap menunjuk kearah perempatan jalan.
“Oh iya, ya udah kita lewat jalan pintas aja!” aku memberi solusi.
“Tapi jalan pintas yang mana, yang kanan apa yang kiri?” tanyaOktavia.
“Lewat yang kanan aja, sepertinya orang gilanya jalan ke kiri!” jawabku.
“Ya udah, ayo cepat!” kata Rosmala dengan terburu-buru. Akhirnya kami melewati jalan pintas yang kanan. Tiba-tiba orang gila itu muncul di depan kami. Lalu kami berteriak ketakutan, dan kami berlari sangat kencang seakan orang gila itu mengejar kami.
“Huh, untung aja kita bisa lolos dari orang gila itu,” kata Rosmala sambil mengatur nafas.
“Ha..ha..ha... kasihan dech, habis dikejar-kejar orang gila!” tiba-tiba ada suara yang mengejek kami dari belakang sambil tertawa. Mereka adalah Adit, Alfan, dan Reihan.Mereka bertiga itu musuh kami.Tapi tidak untuk Alfan dan Rosmala.Mereka berdua sepertinya sama-sama suka tapi disembunyikan.
               Langit telah berganti warna merah jingga. Mentari hamper menenggelamkan raut wajahnya. Menyisakan udara dingin yang seakan-akan menusuk tulang rusukku.Daun, bebunga, dan reranting bertudung sutera senja berjajar diantara kaki langit.Suara-suara binatang kecil telah terdengar di dedaun telingaku. Pada saat sore yang cerah ini,
“Lis, nanti malam kamu jaga rumah ya?” tiba-tiba ayah berbicara sambil menghampiri aku, ibu, dan adikku yang sedang menonton TV.
“Lho, emangnya kalian mau kemana?” tanyaku penasaran.
“Kami mau menjenguk bibi di RS Malang,” jawab ibu.
“Emangnya bibi kenapa?” tanyaku kemudian.
“Tadi paman telepon, katanya bibi habis kecelakaan di jalan tol Malang,” jawab ibu.
“Adik diajak?” tanyaku lagi.
“Iya!” jawab ayah dan ibu bersamaan.
“Kenapa aku gak diajak?” aku protes.
“Kamu kan besok ada ulangan, Lis!” jawab ibu kemudian.
“Ulangan kan bisa nyusul, lagian aku juga ingin menjenguk bibi, bu!” aku tetap memprotes.
“Kamu kan sudah kelas Sembilan, jangan kayak anak kecil gitu dech, masak gak malu dilihat adikmu tuh!” kata ayah.Akhirnya aku Cuma bisa diam saja dan di rumah sendirian.
               Hari berganti malam.Langit pun menjadi gelap.Tapi malamini ada cahaya bulan purnama yang menemaniku.Dia hadir bersama beribu-ribu bintang.Seakan cahaya bulan itu menyelimuti bumi ini.Di malam yang sunyi dan sepi ini aku di sini sendiri dan ada suara jangkrik yang menemaniku dalam kesunyian ini.Pada saat itu aku menonton film horror sendirian.Sampai larut malam orang tuaku dan adikku belum pulang juga.Sampai tiba waktuku tidur.Namun aku tidak bisa tidur karena terbayang-bayang hantu yang ada di film horror tadi.Jadi aku bangun kesiangan.
               Pagi ini cerah membayang di cakrawala.Kuraih daun jendela, kubuka perlahan.Udara dingin memeluk pagi, memagut sepi setelah kabut tersapu fajar.Menyisakan butiran bening di dedaun dan reranting. Wangi dan segar udara pagi membelai kulitku. Sejuk udara pagi mengusap paras wajahku. Angin sepoi-sepoi menyibakkan rambutku.Sejenak aku berfikir mengira orang tuaku dan adikku belum juga pulang.Aku rasa hari ini adikku tidak masuk sekolah. Jam sudah menunjukkan angka setengah tujuh. Jalan raya mulai dipenuhi lalu lalang kendaraan bermotor. Manusia akan memulai pekerjaan mereka. Aku pun mulai menjalani rutinitasku sebagai pelajar.Saat itu aku terburu-buru berangkat sekolah.Sampai aku salah naik bus.
“Pak, di pertigaan depan berhenti!” teriakku tiba-tiba.
“Lho, ini kan bus antar kota. Gimana sich kamu!” kata kondektur sambil marah-marah.
“Aduh pak maaf, saya salah naik bus.Saya ini sudah kesiangan, pak!” aku memohon.
“Ya udah lah, untung aja kamu anak sekolah, kalau tidak…” kondektur tersebut tidak melanjutkan kata-katanya.
“Makasih ya, pak!” jawabku kemudian.
“Ya..ya..!” jawab kondektur. Akhirnya aku diturunkan di pertigaan.
“Untung aja kondekturnya baik, kalau tidak kan aku bisa dibawa ke kota,” gumamku dalam hati.
               Lalu aku berlari menuju sekolahku.Untung aja pintu gerbangnya belum ditutup.Ketika aku mau sampai ke ruang kelasku, ternyata sudah ada gurunya. Tapi saat aku masuk ruang kelasku,
“Permisi, pak!” kataku sambil mengetuk pintu.
“Eh, yang abis dikejar-kejar orang gila kemarin baru datang tuh!” tiba-tiba Adit mengejekku.Serempak anak-anak satu kelas menertawakanku.
“Sudah..sudah, diam!” kata Pak Herman menenangkan anak-anak. Pak Herman ini adalah guru matematikaku yang dikenal dengan kedisiplinannya.“Kenapa kamu terlambat?”Tanya Pak Herman kemudian.
“Habis dikejar-kejar orang gila, Pak!” jawab Adit.Anak-anak sekelas kembali menertawakanku.
“Kamu tahu kan, kalau waktunya jam saya tidak boleh ada yang terlambat?” kata Pak Herman kepadaku.
“Iya pak, tapi saya tidurnya kemalaman, Pak,” aku memohon.
“Saya tidak mau mendengar alasan-alasan yang tidak masuk akal.Sekarang kamu ke lapangan basket, hormat kepada bendera merah putih sampai jam istirahat selesai,” kata Pak Herman.
“Tapi pak, saya mau ikut ulangan bapak!” jawabku kemudian.
“Kalau ulangan bisa nyusul, kalau hukuman harus dijalankan sekarang!” tegas Pak Herman.Akhirnya aku ke lapangan basket dan hormat kepada bendera merah putih.
               Bel istirahat pun berbunyi, namun aku belum terbebas dari hukumanku.
“Kasihan dech, habis dikejar-kejar orang gila, terus sekarang kena hukuman!” tiba-tiba Adit mengejekku sambil menghampiriku besama Reihan dan Alfan.
“Diam lo, emangnya enak disuruh beginian?” kataku dengan ketus.
“Ush, si cerdas marah nie yhe!” ejek Adit dan teman-temannya.
Tiba-tiba Rosmala dan Oktavia datang menghampiriku.
“Kalian tuh gimana sich, ada temannya lagi kesusahan malah diejek!” kata rosmala membelaku.
“Apa teman?” kata Adit.
“Bukannya musuh?”Raihan menambahkan.
“Iya Dit, Han, kita semua kan satu kelas, jadi kita semua teman” kata Alfan membela Rosmala.
“Fan, lo kok malah membela mereka sich, temen kamu tuh aku dan Adit apa cewek-cewek itu sich?” Tanya reihan.
“Eng, bukannya aku membela mereka, kita kan satu kelas, jadi semua ini teman donk!” jawab Alfan.
“Kalian kalau bertengkar jangan di sini, malah bikin tambah pusing gue tau gak!” kataku dengan ketus.
“Udah lah, ayo ke kantin aja, laper nih gue!” ajak Adit kemudian, lalu mereka bertiga ke kantin.Sedangkan Rosmala dan Oktavia masih menemaniku.
               Bel masuk pun berbunyi.Akhirnya aku terbebas dari hukuman yang menjengkelkan itu.Sekarang waktunya Bahasa Indonesia pelajaran Bu Merry.Setelah beberapa menit bel pulang pun berbunyi.
“Nanti ngerjain tugas Bahasa Indonesia di rumahku ya?” ajakku.
“Ya!” jawab Oktavia.
“Sekarang anterin aku ke mini mall yuk, beli makanan ringan buat kita nanti” ajakku lagi.
“Aduh maaf ya Lis, Vi, aku nggak bisa ikut kalian dech ke mini mall dan belajar bareng nanti!” kata Rosmala.
“Kenapa Ros?” tanyaku.
“Aku mau ke toko buku nich sekarang!” jawab Rosmala seperti ada yang disembunyikan.
“Ya udah ayo sekalian bareng kita, kan jalannya searah!” kataku.
“Eng, aduh pokoknya aku gak bisa bareng kalian dech sekarang, maaf ya daaah!” kata Rosmala sambil melambaikan tangannya kepadaku dan Oktavia.
“Ya udah lah ayo ke mini mall dulu!” ajakku kemudian kepada Oktavia.
“Ayo!” jawab Oktavia.Akhirnya kami menuju ke mini mall.
               Setelah kami tiba di mini mall kami melihat Rosmala dan Alfan jalan berdua.Lalu kami menghampiri mereka.
“Oh jadi ini alasan Rosmala nggak mau diajak ke mini mall dan belajar bareng!” kataku sambil mencibir.
“Enggak kok Lis, Vi, aku kebetulan ketemu Alfan di sini, dia juga mau beli buku” jawab Rosmala.
“Tapi kok sepertinya kalian berdua kayak akrab banget, status kalian kan masih musuhan!” kataku kemudian.Rosmala hanya bisa diam saja.
“Kamu boleh anggap Adit dan Raihan musuh kamu, tapi tolong jangan anggap aku musuh kamu” kata Alfan kepadaku seperti membela Rosmala.
“Adit dan Reihan tuh musuhku, lo kan temennya mereka, otomatis donk lo juga musuh gue!” jawabku kasar.
“Oke lo boleh anggap gue musuh lo, tapi gue gak pernah musuhin lo!” kata Alfan.
“Nggak pernah apanya, buktinya kemarin pas kami dikejar-kejar orang gila lo ngejek kami, trus tadi pas gue kena hukuman, lo juga ngejek gue!” kataku.
“Aku gak ikut ngejek kok, aku cuma ikut-ikut mereka aja!” jawab Alfan.
“Alah sama aja, ya udah Vi ayo kita ke rumahku” ajakku kemudian. Akhirnya aku dan Oktavia pergi meninggalkan Rosmala dan Alfan , lalu kami berdua belajar bersama.
               Keesokan harinya di sekolah, “Ros, Vi, gimana kalau buku tugasnya Adit kita ambil aja!” ideku.
“Buat apa?” tanya Oktavia.
“Aku mau ngerjain Adit supaya dia dihukum sama Bu Merry” jawabku.
“Aduh Lis udah lah jangan bikin gara-gara sama mereka!” kata Rosmala membela.
“Kamu kok malah membela mereka sich, aku tuh pengen balas dendam karena kejadian kemarin” jawabku kemudian.
“Terserah kamu aja dech, aku cuma ngikut” kata Oktavia.
“Kalau kamu gimana Ros, apa masih mau membela mereka?” tanyaku.
“Aku ikut kamu aja dech!” jawab Rosmala.
“Gitu donk!” tambahku.
“Oke sekarang kalian berdua jagain pintu mumpung Adit gak ada di sini, aku mau ambil bukunya!” kataku kemudian.
“Oke!” jawab Oktavia dan Rosmala hampir bersamaan.Akhirnya aku berhasil mengambil buku Adit dari tasnya dan aku sembunyikan di lokerku.
               Bel masuk pun berbunyi, Bu Merry masuk ke ruang kelasku.“Anak-anak sekarang tugasnya dikumpulkan!” kata Bu Merry.
“Lho bukuku kemana?” tanya Adit kepada Reihan dan Alfan.
“Di dalam tasmu mungkin kalau nggak di lokermu!” kata Reihan.
“Gak ada kok!” jawab Adit.
“Mungkin ketinggalan di rumahmu!” kata Alfan.
Setelah Bu Merry memeriksa buku-buku ternyata bukunya kurang satu.“Siapa yang belum mengumpulkan buku tugas?tanya Bu Merry.
“Saya Bu!” jawab Adit sambil mengacungkan tangannya.
“Mana buku kamu?” tanya Bu Merry kemudian.
“Hilang bu, tadi di dalam tas saya kok!” jawab Adit.
“Saya anggap kamu tidak mengerjakan tugas dan sekarang kamu harus berdiri di depan dengan kaki kanan diangkat sambil tangan menyilang memegang telinga!” kata Bu Merry.
“Tapi bu, saya sudah mengerjakan!”Adit memohon.
“Saya tidak mau mendengar alasan yang tidak masuk akal dari kamu, sekarang kamu maju!” kata Bu Merry.Akhirnya Adit maju dan menjalankan tugasnya.
               Bel istirahat pun berbunyi.Akhirnya Adit terbebas dari hukumannya, lalu aku, Rosmala dan Oktavia menghampiri Adit dan teman-temannya.
“Ha..ha..kasihan, emang enak kena hukuman, nih aku kembalikan buku loe!” kataku sambil menyodorkan buku Adit yang aku ambil tadi.
“Ooo jadi kalian yang ngambil buku Adit?” tanya Reihan kemudian.
“Kalau iya emang kenapa?” jawabku tersenyum sinis.
“Hajar donk Dit, jangan diem aja!” kata Reihan kepada Adit. Sementara Adit hanya diam saja.
“Kenapa loe diem aja, takut loe sama gue?” tanyaku kepada Adit.
“Eh iya kemarin Adit bilang ke aku kalau Adit suka samakamu Lis!” kata Alfan kemudian.
“Hah?” kata Rosmala, Oktavia dan Reihan serempak.
“Yang bener loe Fan?” tanya Reihan tidak percaya.
“Ya udah kalau gak percaya, orang Adit sendiri kok yang bilang” jawab Alfan.
“Kalau suka bilang aja deh Dit, nggak usah malu, mumpung ada orangnya disini!” kata Rosmala.
“Apaan sich kalian, sekali musuh ya tetep musuh!” jawabku kemudian.
“Hati-hati lho benci jadi cinta!” kata Oktavia.
“Terserah kalian dech aku mau ke perpus!” kataku.
“Tumben ke perpus, biasanya paling males!” kata Rosmala heran.
“Maksudku ke kantin!” jawabku jadi salah tingkah.
“Perpus sama kantin bedanya jauh, Elisa salting nie!” kata Oktavia.Lalu aku berlari menahan malu meninggalkan mereka semua.
               Bel masuk pun berbunyi.Sekarang waktunya pelajaran Bahasa Inggris, tapi gurunya tidak masuk karena sedang sakit. Jadi sekarang jam kosong. Ada yang ke luar kelas, ada yang ke kantin, kumpul dan lain-lain.Adit dan teman-temannya sedang ke kantin.Sementara kami bertiga kumpul di kelas cerita-cerita.
“Eh aku kasih tau ya, tapi jangan marahin aku!” kata Oktavia tiba-tiba.
“Iya, ngapain sich kita marah sama kamu!” jawabku.
“Aku kemarin malam ditelpon sama Reihan, dia nembak aku!” kata Oktavia.
“Trus kamu terima?” tanyaku dengan nada kaget.
“Ya langsung aku matikan telponnya!” jawab Oktavia.
“Kenapa?” tanya Rosmala.
“Ya aku masih ingat kalau kita punya semboyan!” jawab Oktavia.
“Aku juga ditembak sama Alfan seminggu yang lalu” kata Rosmala kemudian.
“Kamu trima nggak dia?” tanyaku.
“Belum sich, tapi kita TTM an!” jawab Rosmala.
“Pantesan akhir-akhir ini kamu nggak mau jalan bareng kita, trus dia suka membela kamu!” kata Oktavia.
“Aduh semuanya kok kayak gini sich, kalian tuh ditembak sama temennya musuhku!” kataku kemudian.
“Ya nggak tau, sepertinya kita berenam akan jadi sahabat!” jawab Oktavia.
“Kok bisa?” tanyaku heran.
“Ya iya lah, buktinya Alfan sama Reihan udah nembak aku sama Rosmala, trus kata Alfan tadi Adit suka sama kamu, Cuma tinggal kamu sama Adit aja yang harus disatukan!” jawab Oktavia.
“Ooo kalian mau sekongkol sama mereka buat ngedeketin aku sama Adit?” tanyaku dengan nada marah.
“Ya nggak gitu Lis!” jawab Rosmala.Tiba-tiba bel pulang pun berbunyi.
               Di malam yang cerah ini, namun tak secerah hatiku yang saat ini sedang merasakan keresahan. Entah apa yang ada di benakku saat ini, ku tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Dalam gelap malam yang hampir membiru dan kesunyian yang benar-benar mendekap kalbu. Kata-kata Rosmala, Oktavia, Alfan dan Reihan tadi masih terngiang di kepalaku.
“Apa bener kata Alfan kalau Adit suka sama aku?” gumamku dalam hati.
“Apa bener kata Oktavia kalau benci jadi cinta?” gumamku lagi. Tapi pertanyaan-pertanyaan bodoh tersebut tidak akan terjawab sekarang. Aku mulai berpikir saat Rosmala dan Oktavia bercerita kepadaku waktu di tembak Reihan dan Alfan belum mereka terima.Karena mereka masih ingat semboyan yang aku buat sama mereka dulu. Mungkin mereka menunggu aku punya pacar, baru mereka akan mau menerima cinta Alfan dan Reihan. Tiba-tiba handphoneku berbunyi ada panggilan masuk ternyata dari Adit.Setelah lama berbincang-bincang ternyata Adit nembak aku.Tapi kata Adit aku disuruh jawabnya besok malam.Mungkin dia tau kalau aku masih menganggap dia musuhku.
               Keesokan harinya aku bangun kesiangan karena semalam tidak bisa tidur gara-gara mikirin Adit. Aku berangkat sekolah terburu-buru sampai bukuku banyak yang aku pegang daripada yang aku masukin tas. Setiba di sekolah gerbangnya belum ditutup dan aku bertemu dengan Adit, dia sepertinya juga kesiangan.
“Sini aku bantuin bawa buku kamu!” kata Adit tiba-tiba menghampiriku.
“Oh iya silahkan, makasih ya!” ucapku.
“Ya sama-sama” jawab Adit. Akhirnya aku menuju ke kelasku jalan berdua sama Adit. Kelihatannya gurunya belum datang.
“Cieee yang baru jadian datang bareng tuh!” ucap Reihan kepada aku dan Adit yang masuk kelas bersamaan.Serempak anak-anak satu kelas menyoraki aku dan Adit.
“Ngomong apa sih kamu Han, aku sama Adit tuh nggak jadian!” jawabku marah-marah. Sementara Adit hanya diam saja seperti tidak ada masalah.
“Nggak papalah berawal dari musuh trus jadi cinta!” jawab Alfan.Anak-anak sekelasku kembali menyoraki aku dan Adit.
“Itu buktinya Adit membawakan bukumu, trus terlambat bareng, janjian ya!” ucap Alfan.
“Idih ngapain, kami tadi ketemu di gerbang kok!” jawabku.
“Udah lah Lis nggak papa ngaku aja kalau udah jadian.Kita semua udah tau kok!” ucap Oktavia.
“Apaan sich Vi, aku tuh gak jadian sama Adit!” jawabku.
“Katanya Adit kemarin malam nembak kamu Lis!” ucap Rosmala.
“Ros jangan keras-keras donk, kamu tau dari mana?” tanyaku sambil berbisik.
“Dari Alfan dan Reihan” jawab Rosmala.
“Kurang ajar mereka berdua!” gerutuku.Tak lama kemudian gurunya masuk kelas dan memulai pelajaran.
               Setelah beberapa jam bel istirahat pun berbunyi. Aku dan teman-temanku langsung menuju kantin.Setiba di kantin kami berbincang-bincang. “Kamu tadi kok gak mau ngaku kalau udah jadian samaAdit?” tanya Oktavia tiba-tiba.
“Kalian kok gak percaya sih sama aku, aku tuh nggak jadian sama Adit!” jawabku.
“Tapi kata Reihan dan Alfan, kemaren malam Adit nembak kamu!” ucap Rosmala.
“Iya sih!” jawabku singkat.
“Emang nggak kamu terima?” tanya Oktavia
“Kata Adit aku disuruh jawab nanti malam!” jawabku.
“Kamu nanti mau jawab apa?” tanya Oktavia.
“Kalau aku jawab tidak, aku kasihan sama kalian!” jawabku.
“Kenapa?” tanya Oktavia.
“Yananti kalian juga nggak bisa pacaran kan, trus kalo aku jawab iya, masak musuh jadi cinta sih!” jawabku.
“Ya nggak papa Lis, buktinya aku sama Oktavia juga gitu kan!” ucap Rosmala.
“Sebenarnya kamu suka nggak sih samaAdit?” tanya Oktavia tiba-tiba.
“Kalau ditanya suka nggaknya sih, ada rasa dikit!” jawabku.
“Ya udah trima aja!” saran Rosmala.
“Bilang aja kalau kalian juga pengen cepet-cepet pacaran kan?” tanyaku.Serempak kami bertiga tertawa renyah.
“Ya udah lah tunggu nanti malam aja, kita ke kelas yuk!” ajakku kemudian.
Tak terasa malam ini pun tiba.Mau tidak mau aku harus jawab ungkapan Adit kemarin.Setelah aku fikir-fikir, “Kalau aku jawab nggak, aku kasihan sama temen-temenku, mereka jadi nggak bisa pacaran, trus kalau aku jawab iya, aku malu sama temen-temen sekolah, malunya kalau dibilang benci jadi cinta” gumamku dalam hati.
Tak lama kemudian Adit telpon aku, dia minta jawaban dari aku.Setelah lama-lama berbincang, akhirnya aku jawab iya.Jadi mulai detik ini statusku menjadi berpacaran dengan Adit, dan tidak punya lagi yang namanya musuh. Tapi aku masih tidak percaya kalau aku udah jadian sama Adit, karena bermula dari status musuh menjadi cinta. Dan besok aku harus siap-siap disoraki teman-teman di sekolah.“Bagaimana ekspresi mereka, apa lebih heboh dari tadi pagi?” tanyaku dalam hati. Pertanyaan itu akan terjawab besok pagi.
               Keesokan harinya.Mentari telah menempatkan raut wajahnya dari ufuk timur. Burung-burung bernyanyi seakan menyambut cahaya sang mentari. Angin sejuk menghembus seakan tahu isi hatiku.Kabut putih yang menyelimuti bumi serta embun yang menetes di dedaunan.Bunga-bunga yang kembang menyebarkan bau madu yang mengundang kupu-kupu dan lebah untuk mendekat.“Entah apa kata teman-teman nanti, apakah aku akan disoraki lebih heboh lagi dari pada kemarin?” hatiku bertanya-tanya.“Apa mereka nanti akan membicarakan aku karena musuh jadi cinta?” hatiku mulai tak karuan.Aku mulai ragu untuk berangkat sekolah.
“Lis, kenapa masih disitu, nggak kesiangan kamu?” tanya Ibu tiba-tiba membangunkan lamunanku.
“Oh iya, ya udah Elisa berangkat ya?” jawabku tersentak kaget.
               Setiba aku di sekolah, saat aku masuk kelas, “Kok anak-anak pada diem semua, padahal ada Adit dan temen-temennya serta Rosmala dan Oktavia, apa mereka gak suka kalau aku jadian sama Adit?” gumamku dalam hati.
“Kok tumben kalian bisa diem kayak gini, biasanya kelas ini paling rame!” tanyaku kepada anak-anak sekelas.
“Emangnya mau ngapain?” tanya Oktavia.
“Ya nggak biasa aja kalian nggak kayak kemaren-kemaren dech!” jawabku.
“Kita biasa aja ya, sama kayak kemaren-kemaren!” ucap Rosmala kepada anak-anak sekelas.
“Tapi kok kayak ada yang beda sama kalian!” kataku kemudian.
“Mungkin gara-gara status kita pada ganti, makanya kayak ada yang beda!” jawab Oktavia.
“Lho, jadi kalian berdua…?” tanyaku kemudian.
“Iya Lis, kamu juga kan?” jawab Rosmala. Aku hanya bisa tersenyum.Serempak anak-anak kelasku menyoraki aku dan tertawa renyah.
“Jadi kalian merencanakan ini semua?” tanyaku kemudian.
“Seratus buat Elisa!” jawab anak-anak serempak.
“Gimana keheningan tadi?” tanya Oktavia kepadaku.
“Ya kaget lah, aku kira kalian marah sama aku, terus nggak menganggap aku sahabat lagi!” jawabku.
“Ya nggak donk Lis, justru kita sekarang menjadi enam sahabat!” ucap Rosmala.
“Jadi semboyan kita ganti deh!” kata Oktavia kemudian. “Menjadi…” Rosmala tidak meneruskan kata-katanya.
“Pacaran bersama, musuh hilang” jawab anak-anak serempak.
“Tapi kalian tadi kok kayak beneran marahnya?” tanyaku kemudian.
Ya iya donk, kami sengaja buat kamu kaget!” jawab Oktavia.
“Ekspresi kamu tadi lucu deh saat kaget!” kata Adit tiba-tiba.
“Chie…” serempak anak-anak menyoraki aku lagi dan kembali tertawa renyah.

               Akhirnya kami sudah tidak memiliki lagi yang namananya musuh.Justru sahabat kami makin bertambah.Dan status kami saling berpacaran.Sekarang aku sadar di balik kebencian dan permusuhan ternyata ada cinta yang begitu besar.Sampai bisa menyatukan kedua sejoli. Dan kami berenam berjanji untuk tidak akan mencari lagi yang namanya musuh. “Pacaran bersama, musuh hilang” ini lah semboyan kami berenam yang baru.

3 komentar:

  1. Play Online Casino at the Best Crypto Casino Sites
    Free coins are always used when online casino sites 인카지노 are offering you The best bitcoin casino site has more games in them. The main ⭐ Top Rated Online Casino Sites💲 Best Bitcoin Casino UK 2021: BetVictor💸 바카라 사이트 Top Casino Games For งานออนไลน์ New Players: Booming Stars💲 Best Crypto Casino Overall: Ignition

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus